Serba serbi kota Mekah

...sambungan dari sini

Ziarah

Tak lengkap rasanya kalau berkunjung ke suatu kota tanpa berkenalan dengan kota itu sendiri. Grup biro perjalanan kami mengatur jadwal sedemikian rupa supaya kami bisa juga berziarah ketempat-tempat penting dalam sejarah Islam. namun dari beberapa kali acara jalan-jalan kami hanya memilih salah satu saja.


Ketika itu kami di pandu oleh ustadz mustoufa dalam bahasa Jerman, karena ustadz assatin belum datang ke mekah. Sebab bus yang kami tumpangi ternyata tidak memiliki AC, ustadz mustoufa menyarankan supaya kami menunggu bis berikutnya. Karena tanpa AC jalan-jalan gak akan menyenangkan di mekah ini, sahutnya. Akhirnya selama menunggu bis baru,  kami diberi ceramah yang cukup menyentuh oleh beliau di lobi hotel. Cara membawakannya sangat bersahaja tapi berapi-api dan membuat kami yang mendengarkannya terbawa emosi, kadang lucu, kadang terharu, kadang malu. salah satu yang diceritakan yang sempat menyentuh hati adalah sikap teladan dari seorang sahabat nabi yakni Abu Hurairah, sesorang yang dinamai bapak kucing, karena beliau sangat menyayangi kucing. Berkat ceramah beliau, waktu menunggu pun tak terasa lamanya, hingga akhirnya kami berangkat.

Gunung Thawr di bawah terik matahari
Tempat pertama yang kami kunjungi ketika itu adalah jabal At Thawr. Cuaca hari itu cukup cerah yang berarti sangat puanas. Seturunnya dari bis langsung disambut oleh pedagang asongan serta beberapa orang pengemis. Ustadz mustoufa mulai menjelaskan cerita di balik gunung tersebut yang di bagian kakinya  terlihat sedang dikeruk batu2annya. Di kaki gunung juga terlihat ada gerombolan orang yang hendak menaiki gunung tersebut. Si pengemis dan penjual asongan masih terlihat semangat meminta pada kami sampai ucapan ustadz menjadi tersaingi, hingga akhirnya seseorang dari pihak penertiban berteriak dan mereka pun langsung menghentikan aksinya, bahkan sebagian ada yang langsung kabur ngibrit.


Ustadz mustofa sedang menjelaskan jabal rahmah

Ustadz menjelaskan bahwa inilah gunung tempat rasulullah SAW bersama sahabatnya abu bakr Siddiq RA berlindung dari kejaran umat kafir. Namun ketika itu nabi di selamatkan oleh sarang burung yg burungnya sedang bertelur dan sarang laba-laba, sehingga kaum kafir menyangka bahwa tidak akan ada yang masuk ke gua tersebut. Fenomena di jabal at thawir ini juga menunjukkan bahwa hanya Allah yang patut dijadikan tempat berlindung.

Kami tidak sampai mendaki gunungnya, karena cuaca sangat panas. Selain itu, dilarang oleh polisi syariah yang ada di lokasi. polisi tersebut mengingatkan ustad mustafa untuk tidak mengajak jamaahnya naik ke gunung dan apalagi dengan niat berdoa atau shalat disana. karena itu nggak ada tuntunannya. Setelah selesai mendengar penjelasan ustadz kami akhirnya masuk kembali ke bis dan melanjutkan perjalanan ke tempat berikutnya.


Gunung Rahmah, Jabal arrahmah tempat dimana adam dan hawa bertemu

Banyak orang yang menaiki jabal arrahmah, padahal masih belum hari arafah. Namun kami tidak melakukannya, ustadz menyarankan agar kita berdiam di bawah bukit saja sambil mendengarkan cerita dibalik jabal ini.
Semua jemaah haji dan hajjah yang sakit akan dibawa kesini ketika hari arafah supaya hajinya tetap syah.

Mesjid namirah dari kejauhan. Merupakan mesjid yang biasanya dipenuhi oleh jemaah ketika hari arafah. Mesjid ini di salah satu sisi/bagian bukan merupakan arafah,hingga pas hari arafah harus hati-hati, jangan sampai kita wuquf di bagian yang bukan arafah. Bisa membatalkan haji.
Setelah dari arafah kami diajak untuk melihat tempat camping kami di mina, tapi hanya sekilas saja lewat bis. setelah itu kami menuju jabal Nour. Tempat dimana gua hira berada, yakni tempat turunnya wahyu Allah pertama kepada Rasulullah SAW. Kami hanya melihat jabal Nur dari bis. Sepertinya semua orang tidak mau keluar karena cuaca yang cukup panas. Selain itu teman-teman lain sudah berniat untuk ikut mendaki gunung ini di hari kemudian. Namun kami tidak ikut.


Makanan di hotel 

Setelah sebelumnya disinggung, karena mayoritas jamaah di biro perjalanan ini berasal dari turki jadilah makanan turki menjadi menu makanan selama 3 minggu baik di makkah ataupun di madinah. Masakan Turki pada dasarnya berupa daging dan lalapan. Kalau di Jerman yang paling terkenal adalah kebab. Namun sayangnya selama di Makah dan di Madinah menu yang kami terima relatif tidak bervariasi. 

Sebagai contoh berikut menu yang biasanya kami terima: 

  • Sarapan: Roti batangan, sup dari biji2an yang dihaluskan, keju segar (fetta), timun, tomat dan buah zaitun. Kadang2 kalau lagi beruntung dapat telur rebus atau telur omelet. 
  • Makan Malam: Sup dari bijian2, gulai turki baik daging atau ayam atau ikan fillet yang digoreng pake tepung, gulai kacang2an atau kacang2an rebus, dan buah2an antara pisang, jeruk dan apel. 

Jujur aja, di awal kami masih senang aja menyantap menu tersebut tapi setelah sekian lama dengan menu yang monoton, tak sedikit dari teman2 jemaah indonesia yang mulai berkomentar, terutama ketika kami sudah berada di madinah. Untung saja kami tidak diberi makan siang hingga kami bisa bebas memilih dan berinisiatif mencari makan diluar.

Menu sarapan perkawinan antara turki (timun, keju fetta, olive dan tomat) dan indonesia (bakso) hehehe...

Ternyata sebetulnya banyak sekali makanan yang jujur lebih cocok dengan lidah dan perut kami. Makanan indonesia bukanlah hal yang susah untuk dicari harganya berkisar antara 8-30 riyal. Walaupun effek dari pembangunan masjidil haram menyebabkan banyak toko2 yang di gusur, tapi sepertinya penjual makanan indonesia tetap bertahan.  Namun tetap perlu juga diperhatikan akan kebersihan makanan yang disajikan. Jujur kadang ada beberapa menu yang bisa membuat perut kami sedikit berdisko. Sayang sekali jajanan yang ayah usulkan, roti arab  tidak kami temukan selama di makah.
Liputan tentang kuliner bisa dilihat di sini


Kamar hotel 

Kondisi kamar cukup nyaman terutama bagi yang hanya membutuhkan tempat untuk tidur, mengisi tenaga sebelum kembali beritikaf di masjid. Pihak biro sudah mewanti2 tentang kondisi kamar mandinya yang memang sesuai dengan informasi mereka bahwa cukup sempit apalagi untuk ukuran orang eropa. Di mekkah maupun di madinah kami harus berbagi dengan 2-3 orang lainnya yang ditentukan oleh pihak biro perjalanan. Sehingga kami bisa berkenalan lebih dekat dan memperpanjang tali persaudaraan dengan teman sekamar. Namun kadang kita juga dituntut untuk berbagi dan juga saling tenggang rasa pada teman sekamar. Karena perbedaan kebiasaan juga mungkin standar kebersihan setiap orang berbeda. 

hotel di Mekah


Mall Jam Gadang (Abraj Al Bait)

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, pada bagian ini kita bahas sedikit tentang mal jam gadang. Kenapa disebut mal jam gadang? Karena di atas gedung ini terdapat jam raksasa yang bisa dilihat dari berbagai arah dan kejauhan. Saking tingginya termasuk tiga besar dari gedung tertinggi di dunia. Selain itu katanya termasuk tower clock tertinggi di dunia dan memiliki permukaan jam terlebar di dunia. Letak mall ini ada didepan pintu mesjid nomor 1, disinilah terdapat hotel plus pusat perbelanjaan. Dilantai paling atas katanya ada pusat penelitian astronominya arab saudi. Food court terletak pada lantai 3-4. 

Ketika adzan berkumandang, menyala lah lampu hijau dari jam ini. Tulisan yang di bawah jam berubah-rubah setiap saat, berupa kalimat2 pujian pada Allah, shahadat, serta shalawat pada rasul dan ada doa sapujagat.

Ketika pertama kali masuk ke bagian food court sudah terlihat palang rumah makan mr.sate. Penjualnya di mr. sate ini orang Indonesia. Sistem menunya adalah prasmanan. Kalau kita mengambil semua menu/kalau banyak kita dikenai 30 saudi real sedangkan kalau ada satu aja menu yang tidak terambil/sedikit, maka kita dikenai 25 real sudah termasuk minum. Selain mr. sate ada juga dua restoran Indonesia yang lain, namun kami hanya berlangganan mr. sate karena setiap kami kesana pasti tutup/sudah habis. Selain makanan Indonesia ada juga makanan libanon, turki dan juga KFC bias ditemukan disana. 

Shalat di mall
Pernah satu kali, ketika 15 menit menjelang isya, kami terpaksa keluar masjid karena neng harus ke toilete dan mengulang wudhunya. Karena suasana sudah sangat rame baik di dalam masjid dan juga di luar masjid, bahkan di luar masjid ada sekelompok jamaah yang terpaksa shalat di bagian pintu masuk toilete (sangat disayangkan). Toilet juga penuh akhirnya kami memutuskan ke toilete di mall jam gadang yang terletak di lantai 4. Ketika kami sampai di mall, adzan berkumandang. Namun yang mengangetkan tidak ada satupun toko2 yang tutup ketika azan bahkan hingga shalat mau dimulai. Hanya saja ketika shalat dimulai banyak orang shalat di berbagai area dari mall tanpa memperdulikan shaf dengan mengikuti imam di masjidil haram. Uda termasuk yang mengikuti kondisi ini walaupun dalam hati terbesik keraguan. Rupanya dibagian atas mall ada mushala yakni di lantai 9 dan 10 (atau 11, kami lupa). Dari atas situ bisa terlihat mesjidil haram. Sebagian besar orang2 shalat dengan mengikuti imam dari masjidil haram. Mungkin memang tidak mengapa kalau kita seperti itu, walahualam bissawab. Ketika selesai shalat, neng baru selesai berwudhu jadi kami berniat kembali ke masjidil haram supaya neng bisa shalat isya di sana. Namun susah keluar mal karena arus orang yang masuk ke mal sangat banyak padahal belum ada 10 menit shalat selesai. Sampai salah seorang teman yang kami ceritakan kondisi ini, mengatakan bahwa memang cukup banyak orang yang  melakukan tawaf di mal. Astaghfirullah.



2 comments:

  1. lengkappp tulisannyaa.. insha Alloh dimampukan kesana lagii.. aaminnn Ya Rabb,,

    ReplyDelete

 

Flickr Photostream

Created with flickr badge.

YOUTUBE